Liburan di new normal
Oleh Nizar A K
Bismillah..
Akhirnya selesai juga 30 hari lebih cuti di rumah. Lumayan lama juga, terhitung dari tanggal 18 Juli sd 21 Agustus. Ada yang tanya kok bisa lama? ya wajar saja, wong kerjanya juga lama. Hampir 3 bulan kalau tidak salah waktu itu. Dimulai dari satu hari sebelum puasa sampai dengan 17 Juli. Benar-benar rekor bagi saya pribadi untuk kerja selama itu.. ya walau sebenarnya tidak full juga di site karena ada hampir 2 minggu terpotong waktu karantina di hotel. Tapi sebenarnya, bagi sebagian orang 3 bulan itu biasa saja karena ada teman-teman saya yang bahkan lebih lama dari saya berada di site. Efek korona hehe..
Sebenarnya ini adalah kedua kalinya saya libur lebih dari satu bulan di rumah. Yang pertama kali itu waktu korona pertama kali muncul. Sekitar bulan maret - april kalau tidak salah. Hanya saja untuk liburan kali kedua ini ada bedanya dibanding yang lama dan yang pasti lebih seru. Pada liburan panjang yang pertama, banyak waktu dihabiskan di rumah. Kalau tidak salah waktu itu awal-awalnya muncul wabah korona, orang pada takut, pemerintah pun menghimbau untuk tetap dirumah. Walhasil akhirnya mayoritas orang diam di rumah, termasuk saya dan keluarga. Tempat rekreasi, tempat makan pun pada banyak yang tutup waktu itu. Saya ingat, sampai-sampai notifikasi sinyal telkomsel di HP pun tertulis "T-sel dirumah saja".. kukira sinyal HP ku eror waktu itu hehe.
Nah, bedanya dengan liburan 1 bulan yang kedua ini adalah kami tidak hanya diam di rumah. Sesekali atau bahkan hampir tiap hari saya keluar rumah. Entah itu karena ada keperluan atau sekedar karena suntuk di rumah. Ya meskipun tetap saya belum berani buat nongkrong-nongkrong atau mampir ke mall atau warung makan. Intinya saya tetap menghindari kerumunan dan lebih banyak jalan-jalan ke tempat sepi saja atau sekedar menikmati perjalanan.
Kok bisa ya keluyuran? apa korona sudah hilang? Sebenarnya gak juga, bahkan orang positif korona sudah lebih banyak dari periode liburan maret-april lalu. Seingat saya, pada liburan panjang periode pertama itu penderita korona di kota yogya masih berkisar belasan orang. Sementara sekarang sudah 1000 lebih.. weleh..weleh... semoga yang sakit diberi kesembuhan dan yang sehat bisa tetap sehat dan bersyukur. Nah, lah kok malah berani keluyuran ? Yaaah... bagaimana lagi, soalnya ada dorongan yang kuat dari dalam jiwa untuk keluar rumah, selain juga ada keperluan. Selain itu juga notifikasi sinyal telkomsel di HP sekarang tertulis "Tsel-Pakai masker" hehe..
Begitulah kondisi teraktual saat ini yang mana juga sejalan dengan slogan baru pemerintah kita, "era new normal" dan juga "berdamai dengan korona". Tidak bisa juga selamanya lockdown, terutama bagi masyarakat yang kebutuhan ekonominya diperoleh dari kerja harian. Tetap ingat jaga diri dan keluarga, pola hidup sehat dan hindari tempat-tempat yang banyak orang berkerumun dan utamakan bepergian bila memang ada keperluan.
Kembali ke judul, jadi apa saja aktivitas selama liburan panjang ini? ada beberapa yang bisa saya share, semoga bermanfaat, entah untuk sekedar bacaan ringan atau barangkali ada informasi berguna yang bisa didapat.
Mengawal anak sekolah online. Ini sudah jadi menu harian karena kebetulan cuti kali ini bersamaan dengan semester pertama anak masuk sekolah. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini anak pertama sudah masuk SD kelas 1 jadi tentunya ada transisi juga dari dunia TK ke dunia SD. Karena itulah saya sebut "mengawal anak", soalnya tidak mungkin anak disuruh sekolah online sendiri. Wong baca tulis saja masih baru belajar, apalagi pakai komputer mana bisa. Lain halnya dengan youtube an di HP, ya itu sudah lancar hehe. Satu hal yang menarik dari belajar online ini adalah ternyata melelahkan juga bagi orang tua.. Terutama lelah untuk memanggil manggil anak "ayo nak.. sudah jam segini", atau "ayo nak.. kelasnya mau dimulai lagi, jangan keluyuran dulu" atau "ayo.. semangat belajarnya, duduk yang rapi, lihat ke monitor" atau "aduuh, kalau mau coret-coret di buku, jangan di meja atau di laptopnya" hehe.. Memang perlu diakui, kedisiplinan anak di rumah memang lebih rendah daripada di sekolah. Apakah itu karena wibawa orang tua masih kalah dengan wibawa guru sekolah ya? Atau karena anak lebih akrab dengan orang tua dibanding guru, sehingga mereka tidak sungkan kalau di rumah? hmm..
Foto persiapan sebelum kelas online dimulai.
Ngurusi rumah. Ini adalah bagian dari komitmen kita, saling membantu urusan pekerjaan di rumah hehe. Mesti disyukuri, karena itu artinya anda punya rumah sendiri. Kalau anda tinggal di rumah kontrakan atau bahkan masih ngekost, kecil kemungkinan ada mau ngurusi rumah atau kamar kost. Paling cuma tinggal panggil yang punya kontrakan atau kost. Tau beres aja hehe.
Ngurusi hewan piaraan. Nah ini yang benar-benar baru. Soalnya ketika saya berangkat kerja 3 bulan yang lalu, kami hanya punya ikan guppy di akuarium yang cukup dikasih beberap butir pelet saja tiap hari dan juga anakan 1000 bibit lele yang dibeliin sama ibu tetangga. Namun ketika pulang, rupanya si lele sudah semakin besar dan rakus tentunya. Sementara ikan guppy dan anak-anaknya pada hilang, curiga dimakan kucing tapi sayang gak ada yang ngaku. Namun yang paling mengagetkan adalah perkenalan bau dari kolam lele. Saya tidak merekomendasikan anda untuk memelihara banyak lele di kolam dalam rumah. Idealnya sih diisi ikan koi yang airnya bening itu ya hehe.. Lele memang tahan banting, tapi baunya juga tidak enak terutama bila anda tidak punya stok banyak air untuk nguras kolamnya tiap minggu. Saya rekomendasikan untuk pelihara lele di drum saja dan taruh di luar rumah. Anggota baru lain yang bertambah adalah 1 ekor ibu kucing dan 2 anaknya. Untuk yang satu ini ya sediakan saja tanah untuk mereka buang air. Namun harap maklum saja kalau terkadang mereka lupa tempat atau cara buang air yang semestinya hehe. Tapi mereka ada gunanya kok, untuk bahan mainan anak dan juga ngejar tikus, cicak, kecoa.
Foto kolam lele volume sekitar 2 kubik. Isinya sekitar 1000 lele kurang ukuran sekitar10-15 cm (kalau masih hidup semua).
Foto 2 anak kucing menunggu lele segar untuk makan. Lumayan untuk mengurangi populasi lele.
Silaturahmi ke bandung. Yang ini sebenarnya sekalian menghadiri acara pernikahan adik. Kebetulan juga didaulat sebagai wakil keluarga dari mempelai pria yang mesti ngasih kata sambutan hehe. Perjalanan ini saya lakoni sendirian saja, karena kami masih khawatir kalau membawa anak kecil keluar kota dan menghadiri acara ramai seperti pernikahan. Pergi dari yogya-bandung saya tempuh dengan kereta api malam. Jadwal kereta jarak jauh sekarang sudah ada tapi terbatas hanya hari jumat sd minggu saja. Kelasnya pun hanya kelas eksekutif yang tersedia. Prosedur keberangkatan masih standar seperti rapid test dan masker. Didalam kereta saya kira duduknya hanya seorang untuk menjaga jarak, tapi ternyata tidak juga.
Foto stasiun tugu tanggal 26 Juli 2020
Selama di bandung ini juga saya sempatkan menjenguk saudara yang lain juga sekalian bertemu dengan salah satu legenda hidup mas Imam santoso yang kami sudah bertahun-tahun tidak bertatap muka langsung. Di usianya yang lebih tua dari saya, mas imam santoso tetap semangat bercerita dan berbagi ilmu serta motivasi kepada anak didiknya.
Foto bersama mas Imam Santoso, mas andri dan om king.
Lebaran idul adha di rumah. Idul adha tahun ini jatuh tanggal 31 Juli 2020. Sayangnya, sehari sebelumnya saya baru pulang dari bandung dan kena aturan isolasi mandiri di rumah oleh pak RT. Jadinya saya sholat id di rumah dan ya di rumah saja seharian.
Ngurusi kendaraan. Saya itu kagum sama orang jawa. Sepertinya apik sekali kalau punya kendaraan. Mobil atau motor pasti bersih kinclong. Rajin dicuci, dilap, disayang-sayang seperti anak sendiri hehe. Beda dengan saya, yang kurang perhatian. Padahal mengurus kendaraan itu simpel saja, kalau malas cuci sendiri ya tinggal bawa ke tempat cuci. Mau servis pun sebenarnya hanya beberapa puluh meter dari rumah sudah bisa ketemu bengkel untuk sekedar servis ringan dan ganti oli. Di liburan kemarin, akhirnya si motor matic mio saya servis sekalian ganti oli setelah beberapa bulan gak diurus hehe. Adapun untuk si mobil, om baru sanggup cuci saja dulu. Servisnya nanti saja ya, soalnya gak bakal cukup duit 100 ribu untuk servis mobil hehe. Sekalian di liburan kemarin kami sekeluarga mengucapkan selamat datang kepada motor belalang hitam, begitu anak saya menyebutnya, yang baru saja ditebus dari pemilik lamanya. Alhamdulillah dapat motor untuk modal jalan-jalan sambil menyalurkan jiwa muda, sekalian coba utak atik sana sini sambil belajar motor hehe.
Foto bongkar si belalang hitam
Sepedaan pagi. Ini aktivitas positf sebenarnya yang hampir dirutinkan dalam rangka menjaga kesehatan tubuh. Namun rupanya memang istiqomah itu berat hehe. Niat awalnya cuma sepedaan pagi saja dari jam 5.30 sd jam 6.30 paling lama tiap hari. Lalu akhirnya mundur jadi selang sehari saja, mundur mundur terus sampai akhirnya ya sesempatnya saja hehe.. Apalagi si kecil kadang rupanya mau ikut juga. Gak mungkin juga bawa bayi 2 tahun dan anak 6 tahun menempuh rute lewat jalan raya. Jadinya ya kita ganti dengan putar-putar sekitar rumah. Alhamdulillah diseputaran rumah kami masih ada sawah-sawah, sungai, kolam ikan untuk jadi bahan pemandangan.
Foto sepedaan pagi.
Keluyuran ke pantai. Ketika masih tinggal di Bandung dulu, jalan-jalan bernuansa alam itu identik dengan pergi ke dataran tinggi berhawa sejuk. Entah itu ke lembang di utara atau daerah selatan yang diwakili ciwidey. Ketika di jogja, opsi jalan-jalan bernuansa alam lebih banyak lagi. Bisa cari daerah pegunungan atau perbukitan yang sejuk atau dataran rendah pantai bila ingin melihat laut lepas. Daerah pegunungan atau perbukitan sejuk di jogja diwakili oleh daerah utara di merapi dan perbukitan pinus di daerah bantul. Namun saya akui memang tidak sedingin di bandung udaranya karena kota bandung sendiri sudah punya modal awal ketinggian 700 m. Adapun bila ingin ke pantai maka daerah gunung kidul di selatan punya banyak opsinya. Jaraknya ke gunung kidul itu sekitar 2 jam dari jogja, namun bila ingin yang dekat bisa ke pantai parangtritis dan seputarannya yang hanya sekitar 30km an saja dari kota jogja. Paling enak ke pantai adalah ketika hari biasa (non weekend), cocok sekali buat orang dengan roster kerja seperti saya yang dapat jatah cuti rata-rata 2 minggu per sekali cuti. Di hari biasa, pantai lebih sepi dan serasa punya sendiri hehe. Ketimbang cari udara sejuk, rupanya anak-anak juga lebih senang ke pantai. Soalnya di sana mereka bisa melakukan dua kegiatan yang selama ini dianggap tabu di rumah, yaitu main pasir dan main air. Main pasir dan main air itu kan identik dengan baju basah dan kotor, jarang ada ibu-ibu yang gak ngomel kalau anaknya begitu di rumah kan hehe.
Foto main pasir di rumah. Bisa begini hanya kalau gak ketahuan.
Foto di pantai. Baru saja sampai tapi bisa-bisanya langsung fokus cari pasir.
Main ke wonogiri. Nah yang ini juga dalam rangka silaturahmi dengan kawan lama waktu kuliah dulu. Kebetulan beliau kemarin pulang kampung ke rumah ortunya di pracimantoro, wonogiri. Karena sudah diundang mas Agus, jadi ya kami sekeluarga datang. Sekalian juga mengamalkan salah satu hak seorang muslim yaitu memenuhi undangannya ketika diundang hehe. Pertama kali juga saya ke sini, sekitar 2 jam saja dari rumah di jogja. Jalur yang dilewati asyik juga sepertinya kalau nanti dipakai touring dengan si belalang hitam. Selain bersilaturahmi ke tempat orang tua mas agus, kami sekeluarga juga menyempatkan pergi ke area proyek sumur mas agus mono. Dalam pertemuan kami itu, mas Agus pun sempat menyampaikan ilmu bahwa ada 7 amalan yang pahalanya itu bisa terus mengalir, salah satunya adalah mengalirkan sungai untuk kepentingan orang banyak. Nah jadi ceritanya mas agus ini juga menjadi koordinator pengumpul dana untuk proyek pengadaan sumur di desa yang kekurangan air. Kalau tidak salah di daerah Nglipar namanya. Semoga bisa jadi amal jariyah untuk mas agus dan timnya. Lanjut dari nglipar, kami 2 keluarga langsung main ke pantai indrayanti di daerah gunung kidul sana. Cuma sebentar kami disana, maklum baru sampai jam 5 sore dan sebentar pun sudah malam. Anak-anak hanya sempat main air sebentar di pantai. Matahari terbenam pun kurang terlihat karena tertutup awan. Setelah maghrib baru kami pulang.
Foto mas Agus sedang diskusi dengan salah seorang penduduk kampung. Saya lupa ini diskusi sumur atau sedang lihat barangkali ada ayam di bawah meja.
Foto di Pantai indrayanti sore hari, libur tanggal 1 Muharram.
Demikian sekelumit kisah yang saya kisahkan lewat tulisan ini. Semoga bisa digunakan untuk memenuhi tugas sekolah dari bapak/ibu guru.
0 Komentar